I. Pendahuluan
Masyarakat terdiri dari berbagai organisasi. Masyarakat modern menghasilkan barang dan jasa bagi para anggotanya melalui organisasi-organisasi yang ada didalamnya. Setiap anggota masyarakat bergantung pada berfungsinya organisasi, Sebaliknya organisasi menggantungkan pada anggota masyarakat. Terjadi hubungan interdependensi antara masyarakat dengan organisasi
Ada dua macam organisasi jika dilihat dari orientasinya: laba & nirlaba
Yang tidak berorientasi pada laba misalnya dalah pemerintah, organusasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan/LSM, amal dan sebagainya. Sedangkan yang berorientasi pada laba misalkan perusahaan, PT, Koperasi, BUMN, dan lain-lain.
Batasan organisasi banyak dikemukakan oleh para ahli/pakar, Prinsipnya organisasi ada dua, sebagai wadah dan sebagai suatu sistem. Sebagai wadah, ia harus mengikat anggota organisasi untuk mencapai tujuan bersama.Sebagai suatu sistem yang terbuka, yang terdiri dari input - proses - output dengan lingkungan luar sangat mempengaruhi. Karena suatu sistem, maka sistem akan mempengaruhi lingkungan dan juga sebaliknya lingkungan akan mempengaruhi sistem tersebut.
Suatu organisasi lebih cenderung tertutup bila kurang memperhatikan lingkungan, dan sebaliknya lebih terbuka apabila lebih transparan dan berusaha menyeleraskan kepentingan lingkungan. Pada hakekatnya organisasi merupakan suatu sistem terbuka. Disini pentingnya budaya organisasi yang akan mempengaruhi perilaku anggota dan perilaku organisasi. Suatu organisasi harus dapat menempatkan posisi organisasi dalam lingkungannya sedemikian rupa sehingga organisasi memiliki keunggulan bersaing, posisi yang memberikan keunggulan itu berada pada peluang lingkungan, sehingga kekuatan organisasi dapat dimanfaatkan secara maksimal yang disebut posisi strategis.
II. Posisi Strategis
Mengingat lingkungan sangat berpengaruh, maka organisasi harus dapat mengantisipasi lingkungan dan mengatasi tantangan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Untuk itu setiap organisasi harus dapat menjadi organisasi pembelajaran (learning organization) artinya setiap anggota hendaknya menjadi manusia yang mau belajar (individual learning). Budaya belajar inilah yang harus menjadi budaya organisasi bila mau sukses.
Budaya organisasi dapat diartikan kepribadian suatu organisasi yang akan menumbuhkan persepasi bersama di antara para anggotanya mengenai apa sebenarnya organisasi itu dan bagaimana sebaiknya perilaku para anggotanya.
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai, falsafah, prinsip-prinsip atau keyakinan yang dianut oleh suatu organisasi. Disadari atau tidak, setiap organisasi memiliki kepribadian yang akan mem-pengaruhi anggotanya untuk berperilaku.
Tujuan diadakannya budaya organisasi:
Bagi organisasi dapat dipastikan memiliki falsafah, prinsip, identitas, ciri yang khas, tema, slogan, dan semboyan yang akan mengikat setiap anggota organisasi secara keseluruhan.
Bagi anggota dengan adanya budaya organisasi diharapkan menjadi acuan dan arah bagi setiap anggota organisasi untuk berperilaku yang sesuai dengan konstituen organisasinya. Bila melanggar akan memperoleh sangsi organisasi.
Budaya organisasi akan tercermin pada 10 (sepuluh) derajat suasana dan praktek-praktek organisasi berikut ini:
Inisiatif: kebebasan, keleluasan dan tanggung jawab perseorangan.
Kreativitas: dorongan untuk inisiatif, inovatif dan agresif
Arahan: rumusan tujuan dan kinerja yang jelas.
Integrasi: iklim kerjasama, koordinasi, dan sinkronisasi antar unit kerja
Identitas: penyatuan kepribadian anggota terhadap organisasinya
Dukungan: motivasi, bantuan dan dorongan pimpinan
Pengendalian: peraturan, supervisi dan pengawasan atas perilaku anggota
Toleransi: keberanian mengemukakan pendapat dan kritik
Komunikasi: kemudahan hubungan vertikal dan horizontal
Penghargaan: kriteria penghargaan dan hukuman bagi anggota
III. Strategi Menyusun dan Melaksanakan Strategi organisasi
Proses penyusunannya tidak boleh hanya dilakukan oleh para pimpinan organisasi saja, melainkan harus melibatkan semua anggota organisasi seperti menetapkan visi organisasi. Prosesnya dilakukan secara bertahap, sehingga budaya organisasi yang akan ditetapkan nantinya akan mengikat dan menjadi panutan bagi seluruh anggota organisasi.
Suatu organisasi dapat memiliki budaya organisasi yang kuat dalam arti dianut secara luas, teguh dan konsisten oleh seluruh anggotanya. Budaya yang kuat harus cocok baik secara eksternal maupun internal.
Kecocokan eksternal berarti budaya ditumbuhkan sesuai strategi dan lingkungan, kecocokan internal berarti budaya organisasi cocok dengan teknologi yang digunakan.
Untuk kecocokan eksternal, strategi yang berorientasi pasar cocok untuk lingkungan yang dinamis dan memerlukan budaya yang menekankan inisiatif perorangan, toleransi konflik dan komunikasi. Sebaliknya adalah strategi berorientasi produk.
Untuk kecocokan internal, contohnya teknologi rutin hanya digunakan untuk situasi yang stabil akan cocok dengan budaya yang menekankan sentralisasi kewenangan dan inisiatif perorangan yang terbatas. Sebaliknya adalah teknologi non rutin.
Dalam mengimplementasikan budaya organisasi setiap pimpinan dan anggota harus konsisten dengan praktek-praktek organisasi, sistem kontrolnya dapat dilakukan secara timbal balik baik yang dilakukan anggota terhadap pimpinannya, maupun pimpinan terhadap anggotanya. Bila ada yang melanggar seyogyanya dikenakan sangsi organisasi sesuai dengan tingkat kesalahannya.
Dalam era sekarang dengan tuntuntan terhadap demokratisasi semakin tinggi, maka keterbukaan, tranparansi, dan akuntabilitas hendaknya juga menjadi budaya yang harus dianut oleh setiap organisasi, bila tidak ingin ditinggalkan oleh anggotanya. Budaya organisasi hendaknya dapat dipelihara oleh para anggota dan pimpinannya, oleh karena itu harus dimulai sejak mereka masuk organisasi.
Pemeliharaan budaya dapat dilakukan antara lain melalui:
Rekrutmen dan seleksi anggota
Orientasi dan sosialisasi anggota baru
Pendidikan dan latihan anggota
Sedangkan penghayatan budaya organisasi terjadi antara lain melalui:
Tema, slogan dan semboyan
Kebijakan dan keteladanan pimpinan
Semangat para anggota senior
Kebanggaan korps
Budaya organisasi secara efektif akan tercermin dalam tindakan dan perilaku pimpinan dan anggotanya sehari-hari.
Dalam dinamika organisasi akan terjadi perubahan budaya organisasi, antara lain:
Krisis, misalnya kehilangan klien, perubahan teknologi, kerugian dll.
Pergantian pimpinan: pimpinan baru sering memiliki prinsip, falsafah dan gaya berbeda
Siklus: perubahan siklus & umur kehidupan organisasi dari tahap pembentukan, tumbuh, dewasa dan penurunan akan mengubah budaya organisasi.
Perubahan budaya organisasi tidak dapat diukur dalam hari, minggu atau bulan melainkan tahunan. Oleh karena itu, setiap periodik perlu ditinjau kembali sesuai dengan tantangan dan peluang di lingkungan sekitar. Budaya organisasi merupakan salah satu bentuk penyelerasan organisasi dengan lingkungan dan sekaligus juga dapat menyeleraskan harapan anggota terhadap organisasi dan harapan organisasi terhadap anggotanya guna mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar