Kwarnas - Semangat
menyatukan berbagai organisasi kepanduan yang tumbuh di Indonesia
setelah proklamasi kemerdekaan terus berkobar. Hal itu membuat Presiden
Soekarno lantas berkoordinasi dengan Pandu Agung, Sri Sultan Hamengku
Buwono IX.
Pada 9 Maret 1961 Presiden Soekarno
dengan resmi membubarkan berbagai organisasi kepanduan untuk melebur
pada satu wadah yaitu Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka diperkenalkan
pada tanggal 14 Agustus 1961 yang selanjutnya diperingati sebagai Hari
Pramuka.
Gerakan Pramuka memang lahir dari
berbagai organisasi kepanduan yang tersebar di Tanah Air. Dalam masa
peralihan itu peran Sri Sultan Hamengku Buwono IX sangat besar hingga
Sri Sultan Hamengku Buwono IX dipercaya mendampingi perjalanan
kepengurusan Gerakan Pramuka di tingkat nasional, yaitu sebagai Ketua
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka selama 4 periode untuk masa bakti
1961-1963, 1963-1967, 1967-1070 dan 1970-1974.
Kiprah Sri Sultan Hamengku Buwono
dalam pembinaan Gerakan Pramuka tidak hanya di dalam negeri.
Konsep-konsep pemikiran beliau tentang kepanduan atau Gerakan Pramuka
mendapat sambutan yang luar biasa. Salah satunya pidato Sri Sultan
Hamengku Buwono IX di Konferensi Kepramukaan Se dunia tahun 1971,
mendapat sambutan yang luas. Ketika itu, Sultan mengajak organisasi
kepanduan terlibat dalam pembangunan masyarakat. Alhasil, pidato itu
menjadi arah baru pembinaan kepanduan diseluruh dunia.
Atas jasa-jasanya yang luar biasa bagi kepramukaan internasional, Sri Sultan dianugerahi Bronze Wolf Award pada tahun 1974, penghargaan tertinggi World Organization of the Scout Movement.
Sri Sultan merupakan warganegara Indonensia yang pertama yang
memperoleh penghargaan itu. Sebelumnya tahun 1973, beliau mendapat
penghargaan dari Boy Scouts of America berupa Silver World Award.
Di dalam negeri, melalui Surat
Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 1988 di Dili, Timor
Timur nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka, mengukuhkan almarhum Sri
Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka.
Gerakan Pramuka juga memberi penghargaan tertinggi kepada Sri Sultan
Hamengku Buwono IX berupa Lencana Tunas kencana. Penghargaan tersebut
juga diterima oleh Presiden ke-2 Republik Indonesia, almarhum H.M.
Soeharto.
Perkembangan Gerakan Pramuka tentu
tidak pernah lepas dari sosok beliau, oleh karenanya mengenang 100 tahun
Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan
jajaran kwartir se-DKI Jakarta mengadakan Tahlillan dan Doa Bersama di
Auditorium Kwarnas pada Kamis, 12 April 2012 pukul 12.00 WIB sampai
selesai.
Peringatan ini diharapkan dapat terus
mengobarkan jiwa kepramukaan sesuai dengan semangat beliau. Terlebih
tahun 2012 ini juga merupakan peringatan 100 tahun masuknya kepanduan di
Indonesia.
Kegiatan serupa juga dilaksanakan
diberbagai Kwartir Daerah (Kwarda) di Indonesia. Salah satunya Kwarda DI
Yogyakarta selain melakukan tahlillan dan do’a bersama, menggelar
kegiatan Jelajah Budaya pada Kamis, 12 April 2012 sejak pukul 08.00 WIB
sampai selesai.
Jelajah Budaya ini akan menempuh jarak +
6,5 km start dari Pendopo Wukirsari—Kerahjinan Wayang-Kerajinan
Batik-finish di Makam Saptorenggo, Imogiri. Rangkaian kegiatan Jelajah
Budaya tersebut akan diakhiri dengan Upacara serta Soa Bersama dan
Ziarah ke makam Sri Sultan HB IX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar