Salah satu agenda kegiatan “APR
Ticket to Life Evaluating and Planning Workshop” adalah
mengunjungi Pramuka Penggalang dan Penegak yang tergabung dalam Program
Ticket to Life (TTL) di Kemayoran, Jakarta Pusat. Bertempat di SD Negeri 10
Pagi Kebon Kosong di Jalan Kemayoran Gempol, Kemayoran Jakarta Pusat. Peserta
lokakarya yang sebelumnya mengunjungi Monumen Nasional dan Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka, melihat berbagai keterampilan yang telah diajarkan dan
dirasakan manfaatnya oleh 62 anggoita Gerakan Pramuka yang mengikuti program
TTL.
Anggota
Gerakan Pramuka yang tergabung dalam program ini memiliki latar belakang yang
kurang beruntung, karena mereka kerap disebut “anak jalanan” yang kemudian
Gerakan Pramuka ajak untuk mengikuti kegiatan Kepramukaan. Jika gugusdepan
umumnya berada di pangkalan sekolah dan berlatih lebih banyak di sekolah khusus
untuk mereka yang tergabung dalam Pasukan Pangeran Jayakarta, DKI Jakarta dan
Prabu Siliwangi, Jawa Barat berlatih di tanah kosong, dekat halte busway dan
tak jarang berlatih di halaman sekolah yang mereka pinjam.
Hal
tersebut sama sekali tidak mengurangi semangat mereka berlatih, Arief Muhammad
salah satu Pramuka Penegak dari Pasukan Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat
mengaku sangat senang dan beruntung dapat mengikuti kegiatan Pramuka, “Saya
mendapat banyak teman dan punya pembina yang sudah saya anggap sebagai kedua
orang tua saya. Pramuka mengajarkan saya kegiatan yang bermanfaat seperti
membuat anyaman dari bekas bungkus kopi dan bisa saya jual., “
Satu
hal yang membanggakan, dari pengakuan Arief adalah ketika dia diajarkan dan
diajak menerapkan Janji Pramuka (Trisatya dan Dasa Darma) pada kehidupannya
sehari-hari, “Saya mengalami perubahan tingkah laku, saya merasa jauh lebih
menghargai orang tua hingga saya bisa bersikap sopan setelah ikut latihan
Pramuka, dan saya sakin saya akan memiliki ahlak yang lebih baik lagi,”
Apa
yang diungkapkan Arief adalah salah satu tujuan program TTL ketika pertama kali
diluncurkan World Scout Bureau/Asia-Pacific Region pada tahun 2006. Menjadikan
anak-anak yang kurang beruntung tersebut menjadi lebih pecaya diri, disiplin,
bertanggungjawab, mampu berinteraksi dengan orang yang lebih tua dan teman
sebaya termasuk menjaga kebersihan dan kesehatan, yang intinya menjalankan
nilai-nilai Kepramukaan.
“Setelah
mendapat keterampilan kalian harus menerapkan dalam kehidupan, di rumah dan
lingkungan, karena inti dari kegiatan Kepramukaan adalah mempraktikkan,” ungkap
Abdullah Rasyid selaku Direktur Regional APR.
Lebih
lanjut Kak Rasheed juga menyampaikan bahwa, “Tidak ada pilihan lain saat
ikuit kegiatan Kepramukaan selain menjadi Pramuka yang baik, yakin lah pada hati
kalian bukan pada seragam kalian, bahwa dengan menjadi anak yang baik dapat
menjadikan negara yang lebih baik lagi,”
Sophia
U Castillo selaku Koordinator Nasional di Program TTL Filipina yang
berkesempatan berdialog dengan mereka sempat menanyakan apa cita-cita mereka.
Tak hanya ingin menajdi pemain bola atau guru, diantara mereka bahkan ada yang
ingin menjadi menteri. Kepada mereka, Sophie berpesan tiga hal,”Pertama
yakinlah kalian dapat mencapai cita-cita, kedua selesaikan sekolah kalian dan
ketiga jangan pernah meninggalkan kegiatan kepramukaan,”
Suasana
kunjungan juga diramaikan dengan pertunjukan musik dari Pasukan Prabu
Siliwanghi, Depok Jawa Barat. Uniknya mereka juga mendemokan bagaimana membuat
kripik bawang yang mereka jual selain kerajinan menganyam dari bekas bungkus
minuman serta pembuatan mainan robot dari botol plastik bekas. Kak Rasheed tak
ragu juga mencoba menggiling adonan kripik bawang.
Kegiatan
lokakarya akan ditutup oleh Kak Joedyaningsih, Sesjen Kwarnas pada Kamis
(20/12) pada pukul 15.00 WIB di Pusat Pendidikan dan Latihan Tingkat Nasional
(Pusdiklatnas) Cibubur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar