Sabtu, 29 Desember 2012

"Jangan Pernah Tinggalkan Kegiatan Pramuka”


Salah satu agenda kegiatan “APR Ticket to Life Evaluating and Planning Workshop”  adalah mengunjungi Pramuka Penggalang  dan Penegak yang tergabung dalam Program Ticket to Life (TTL) di Kemayoran, Jakarta Pusat. Bertempat di SD Negeri 10 Pagi Kebon Kosong di Jalan Kemayoran Gempol, Kemayoran Jakarta Pusat. Peserta lokakarya yang sebelumnya mengunjungi Monumen Nasional dan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, melihat berbagai keterampilan yang telah diajarkan dan dirasakan manfaatnya oleh 62 anggoita Gerakan Pramuka yang mengikuti program TTL.

Anggota Gerakan Pramuka yang tergabung dalam program ini memiliki latar belakang yang kurang beruntung, karena mereka kerap disebut “anak jalanan” yang kemudian Gerakan Pramuka ajak untuk mengikuti kegiatan Kepramukaan. Jika gugusdepan umumnya berada di pangkalan sekolah dan berlatih lebih banyak di sekolah khusus untuk mereka yang tergabung dalam Pasukan Pangeran Jayakarta, DKI Jakarta dan Prabu Siliwangi, Jawa Barat berlatih di tanah kosong, dekat halte busway dan tak jarang berlatih di halaman sekolah yang mereka pinjam.
Hal tersebut sama sekali tidak mengurangi semangat mereka berlatih, Arief Muhammad salah satu Pramuka Penegak dari Pasukan Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat mengaku sangat senang dan beruntung dapat mengikuti kegiatan Pramuka, “Saya mendapat banyak teman dan punya pembina yang sudah saya anggap sebagai kedua orang tua saya. Pramuka mengajarkan saya kegiatan yang bermanfaat seperti membuat anyaman dari bekas bungkus kopi dan bisa saya jual., “
Satu hal yang membanggakan, dari pengakuan Arief adalah ketika dia diajarkan dan diajak menerapkan Janji Pramuka (Trisatya dan Dasa Darma) pada kehidupannya sehari-hari, “Saya mengalami perubahan tingkah laku, saya merasa jauh lebih menghargai orang tua hingga saya bisa bersikap sopan setelah ikut latihan Pramuka, dan saya sakin saya akan memiliki ahlak yang lebih baik lagi,”
Apa yang diungkapkan Arief adalah salah satu tujuan program TTL ketika pertama kali diluncurkan World Scout Bureau/Asia-Pacific Region pada tahun 2006. Menjadikan anak-anak yang kurang beruntung tersebut menjadi lebih pecaya diri, disiplin, bertanggungjawab, mampu berinteraksi dengan orang yang lebih tua dan teman sebaya termasuk menjaga kebersihan dan kesehatan, yang intinya menjalankan nilai-nilai Kepramukaan.
“Setelah mendapat keterampilan kalian harus menerapkan dalam kehidupan, di rumah dan lingkungan, karena inti dari kegiatan Kepramukaan adalah mempraktikkan,” ungkap Abdullah Rasyid selaku Direktur Regional APR.
Lebih lanjut Kak Rasheed juga menyampaikan  bahwa, “Tidak ada pilihan lain saat ikuit kegiatan Kepramukaan selain menjadi Pramuka yang baik, yakin lah pada hati kalian bukan pada seragam kalian, bahwa dengan menjadi anak yang baik dapat menjadikan negara yang lebih baik lagi,”
Sophia U Castillo selaku Koordinator Nasional di Program TTL Filipina yang berkesempatan berdialog dengan mereka sempat menanyakan apa cita-cita mereka. Tak hanya ingin menajdi pemain bola atau guru, diantara mereka bahkan ada yang ingin menjadi menteri. Kepada mereka, Sophie berpesan tiga hal,”Pertama  yakinlah kalian dapat mencapai cita-cita, kedua selesaikan sekolah kalian dan ketiga jangan pernah meninggalkan kegiatan kepramukaan,”
Suasana kunjungan juga diramaikan dengan pertunjukan musik dari Pasukan Prabu Siliwanghi, Depok Jawa Barat. Uniknya mereka juga mendemokan bagaimana membuat kripik bawang yang mereka jual selain kerajinan menganyam dari bekas bungkus minuman serta pembuatan mainan robot dari botol plastik bekas. Kak Rasheed tak ragu juga mencoba menggiling adonan kripik bawang.
Kegiatan lokakarya akan ditutup oleh Kak Joedyaningsih, Sesjen Kwarnas pada Kamis (20/12) pada pukul 15.00 WIB di Pusat Pendidikan dan Latihan Tingkat Nasional (Pusdiklatnas) Cibubur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar