Jumat, 24 Juli 2015

Inspirasi dari Jogja: Kisah Kakek Pramuka Kerja Siang Malam Tanpa Bayar.


Keriput kulit dan tenaga yang tak lagi bugar tak menyurutkan semangat kakek Sugijanto membantu sesama, meski tak sekuat dahulu kakek 68 tahun itu rela menjadi relawan di Stasiun Kereta Api.
Jika sebayanya mungkin memilih istirahat menikmati hidup di hari-hari tuaya tapi tidak untuk pramuka loyal yang satu ini dia masih bersemangat berkarya dan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat.
Namanya masih ejaan lama, Sugijanto, seorang pramuka yang menjadi petugas pengamanan stasiun Lempuyangan untuk arus mudik dan balik lebaran tahun 2015.
Kakek berusia 68 tahun ini, dengan sukarela mau menjadi petugas pengamanan, tanpa bayaran, tanpa imbalan.
“Saya melakukannya sukarela, tanpa imbalan, tanpa bayaran. Senang saja membantu sesama,” ujar Sugijanto, di stasiun Lempuyangan.
Sugijanto adalah anggota pramuka yang loyal. Dulu kala, ia menjabat sebagai Pandu udara pada tahun 1955 di bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta.
Namun ketika, ayahnya pindah tugas ke Yogya, ia kemudian fokus untuk mengajar dan membina pramuka di SD Negeri Tukaran, dan SMP 3 Negeri Tukaran.
“Jadi pramuka, saat masih duduk di kelas tiga Sekolah Dasar (dulunnya Sekolah Rakyat), saya telah menjadi kurcaci (sekarang pramuka siaga), pangkat paling dasar dari Pramuka,” ujar Sugijanto.
Menjadi seorang petugas pengamanan stasiun Lempuyangan artinya Sugijanto bertugas menjaga keamanan stasiun dari pagi sampai malam menjelang.
Tak mengharap apa-apa, gaji ataupun honor, ia bekerja secara sukarela tanpa meminta imbalan apapun.
Satu hari dua shift, Sugijanto menjaga keamanan stasiun Lempuyangan, dari H-4 sampai H+4 lebaran.
Mulai pukul 08.00, ia sudah siaga di Stasiun, menjaga keamanan, membantu penumpang yang kesusahan, memberitahukan jalur keberangkatan penumpang dan hal-hal lain yang dapat ia perbantukan.
“Ya, membantu para pemudik yang ada di stasiun. Membawakan barangnya kalau kuat, membantu menunjukkan jalur kereta, atau membantu sebisanya. Saya sudah senang, dapet pahala,” ujar Sugijanto.
Keluarga Sugijanto ternyata tak melarang, dan mendukungnya menjadi petugas pengamanan sukarela.
Istri, ketiga anak dan keenam cucunya selalu mendukung kegiatan Sugijanto. Warga Baciro, Danukusuman ini pun merasa senang dapat membantu pengamanan.
“Simbah putri membolehkan. Keluarga saya semuanya mendukung. Yang penting tak usah ngoyo, ikhlas, semata-mata untuk mebantu sesama, Insya Allah dapet pahala dari Tuhan,” ujar Sugijanto. (Rendika Ferri Kurniawan)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar