Rabu, 28 Desember 2011

Ciamis Manis, Aku ingin Kembali

Kehabisan ticket di Stasiun Sepanjang, tidak menyurutkan niatku menghadiri Bedah Buku perdana I am Proud To Be Scout di Ciamis. Ini dikarenakan "kedudulan" saya yang percaya begitu saja kepada "tukang ticketing"-nya untuk beli ticket tepat hari H dua jam sebelum berangkat. Padahal pemesanan ticket sekarang harus jauh hari, minimal tujuh hari sebelum hari keberangkatan. Wal hasil saya telat, dan hanya bisa say helo kepada "kereta pasundan" yang berlalu di depan saya.
Sementara suami yang mengantar saya kestasiun sudah pulang. Saya memutar otak, untuk mencari alternatif lain dengan naik bis ke stasiun Jombang. Karena teman perjalanan saya "Ibu" menunggu di sana sejak pagi sesuai dengan kesepatan awal kami bertemu dalam kereta di Jombang. Langsung saya beri kabar kepadanya.

"Bu, aku kehabisan ticket. Ini sedang naik bis ke Jombang. Coba lihat kereta alternatif lain. Tadi aku lihat dalam jadwal ada kerete jam 10"

"ada Nyak, kereta logawa berangkat jam 11. Tapi sampai Purwokerto saja"

"Ya udah ambil, perjalanan selanjutnya kita pikirkan sambil jalan", pungkasku khawatir tidak mendapatkan ticket lagi.

Sesampai di Stasiun Jombang kami menunggu lama sekali. Dalam ticket jam keberangkatan yang seharusnya pukul 10.30 molor sampai jam 12. "Ya.. ya.. ya.. kereta molornya pasti, datang tepat waktunya memang belum tentu, apalagi datang lebih awal dari jadwal, non cent!", tulisku curhat pada sebuah status sambil menyantap sarapan pagi setengah makan siang di pinggir stasiun.

Kami bertanya kepada orang-orang disamping kami tentang rute yang harus kami tempuh menuju tempat tujuan sambil sesekali sms kak Indra yang memonitor kami dari Ciamis. Tidak cukup sekali, kami bertanya kepada setiap orang baru yang duduk di samping kami untuk memastikan kami tidak nyasar. Dan, subhanalloh ada satu orang yang begitu peduli sampai-sampai kami diberikan pertimbangan dua rute yang sangat mendetail. Setiap kota yang akan kami lewatipun diperhitungkannya. Mungkin karena dari awal beliau memang tahu kami sedang kebingungan dan tak tau arah.

"Ini saran saya yang terakhir mba, mba jangan turun kroya tapi turun purwokerto. Tadi pertimbangan awal saya salah. Kalau dari kroya mba akan melewati 12 kota, tapi kalau dari purwokerto mba akan melewati 11 kota. Lumayan cepat", katanya sambil mengotak-atik HP nya

"Bapak orang sini ya? kok faham banget daerah sini", tanyaku penasaran.

"Saya orang Sidoarjo-Waru mba, ini pake GoogleMap"

Whats?! ternyata dia tetanggaku. Dan yang membuatku merasa agak sedikit kalah dengan beliau akan kecanggihannya. Harusnya aku tahu dan menggunakan google map sejak awal. Dalam mataku beliau bukan seperti orang yang suka dengan dunia internet dan gadget. Sementara aku? yang biasanya didepan lepi dan mencari setiap pertanyaan dari google, kenapa kali ini tidak sampai berpikir kesana. Well, 4 jempol untukmu Pak!

Orang Indonesiapun masih belum aman di negaranya sendiri

Mungkin itulah yang kami Rasakan. Pungli dan penjarahan masih bebas dan berkeliaran apalagi terhadap pendatang baru di sebuah kota, dan bukan issue yang terjadi hampir disetiap kota. Bukankah kita ini satu bangsa, satu kesatuan NKRI. Kenapa masih banyak terjadi demikian? Bukan bearti menjarah orang luar lebih afdol hukumnya. Tapi mbok ya kebacut.. hihihihiii

Seorang sopir yang mengangkut kami/penumpang dalam stasiun saja harus membayar 5.000 kepada calo. Wuiihh,, enak bener sekali nadah 5.000. Nggak jauh beda dengan yang aku temui di kereta namun mereka lebih neriman walau dikasih cepek, rokok ataupun sekedar jajan. Walhasil kami menjadi tempat curhat sepanjang perjalanan menuju terminal dan merasa tidak enak yang menjadi penyebab sopir tadi kena pajak.

di terminal Purwokerto

Diterminal purwokerto. Kami bertemu lagi dengan preman sangar dan tidak baik hati. Yah, gimana enggak masak ke Ciamis saja kami harus membayar 300% dari tarif normal. Layanannya pun kurang memuaskan. Setiap kami Tanya, jawabannya agak membentak! Ya wajar saja kami bertanya karena kami pendatang supaya tidak nyasar. Eh… ternyata malah kami disasarkan, diturunkan masih satu kilo dari lokasi yang kami minta. Heeeeeemmm….
diterlantarkan pak sopir yang tidak baik hati :D

Sayangnya, ketika kami di purwokerto diguyur hujan. Sehingga tabiat narsis kami tidak terabadikan. Padahal kotanya cukup menarik, semoga di lain waktu aku bisa kembali lagi :D

Kami sampai di Ciamis sekitar pukul 12 malam, hampir 15 Jam Perjalanan dari surabaya dengan kondisi HP-ku mati plus terlantar. Ups, diterlantarkan kenek "sarap". Lengkap! Satu-satunya nomor panitia yang kupunya tersimpan didalamnya. Beruntung sejak masih dikereta, aku meminta ibu mencatat nomor kak Indra.

Sesampai di kwarcab kami disambut baik oleh kakak-kakak dari Dewan Kerja Cabang Gerakan Pramuka KwarCab Ciamis. Bertemu sahabat baru, keluarga baru yang akan memberikan pengalaman dan warna baru dalam hidupku. Subhanalloh, mereka semua dengan sabar menunggui dan menanti kedatangan kami. Padahal kami tau, mereka semua juga pada capek mempersiapkan acara besoknya.

Belum puas berlama-lama di Sekretariat kami di bawa kesebuah penginapan. Ups! Maksudnya diantar. Padahal kami ingin menikmati tidur bersama-sama dengan kawan-kawan di sini, tidur di barak. Selain itu dibarak kan bisa lebih leluasa, bisa berfoto di setiap sudutnya. Hemm.. berhubung sayang sudah terlanjur dipesan kami hanya bisa berfoto-foto di penginapan, dan yang tidak kesampaian foto di depan papan nama Gedung Pramuka :( Huh! Nyesel. Kak Indraaaaaaaaa bawa aku lagi kesana. hehehhehe

Empat Salat Jadi satu Waktu

(Ini sholat diatas kasur)
Aku sendiri juga belum tahu ada hukum salat seperti itu. Yang menjadi pedoman kami bahwa shalat itu wajib, tidak boleh ditinggalkan! Jujur kami tidak bisa shalat dalam kereta, ataupun sejenak mampir ke Masjid/Mushola ketika transit di stasiun, karena kami memang mengejar bis terkhir di bawah guyuran hujan. Dan kami yang sedari tadi di tengah jalan dengan berbagai kondisi belum menunaikan shalat dhuhur, ashar, maghrib dan isya' menjamak semua shalat dalam satu waktu akhir di penginapan. Karena aku takut suatu saat kakak menyobek TKK Shalatku lagi gara-gara aku tidak shalat lima waktu. hehehe Diingatkan teh Indari saat bertemu pertama kalinya (Lho?! kok takut kakak bukannya takut kepada Alloh, penasaran? baca I am Proud To Be Scout).

Tau, tidak. Sholat malam dan sholat subuh kami beda lho hadapnya. Ini karena kami bingung. Sebelum sholat sempat bersitegang sama ibu tapi tanpa membawa parang, kemana sholat kami harus menghadap. Secara, selama pengalamanku nginep di hotel pasti ada petunjuk arah minimal satu arah, barat. Mau nanya orang, hotel sudah sepi. Apalagi ketika kami sms teman-teman panitia, ga ada jawaban. Biasalah operator yang suka trouble. Sehingga kami menghadap sesuai dengan keyakinan kami. Namun, ketika sholat subuh kami berubah keyakinan bahwa barat menghadap kepintu, eh malah salah setelah siangnya sholat di mushola.

Kenapa Kamar No 13 Jadi nomor 12 A

Tiba-tiba kami baru sadar kalo kamar yang ku tempati dan ibu nomor 11, sampingnya 12 sudah ditempati manusia (positif thingking karena malam bo!). Dan sebelahnya paling ujung harusnya menjadi nomor 13, ternyata bernomor 12 A. Kenapa? Benarkah setiap kamar hotel/rumah sakit yang bernomor 13 itu misteri dan harus dikosongkan? atau disiasati seperti hotel ini dengan menggantinya dengan nomor 12 A. I don't Know. Tapi katanya ini sudah menjadi issue international, dan yang pasti di hotel ini kita menjumpai demikian. Beruntung bukan aku dan ibu, tapi Riu. Satu-satunya teman perjalanan yang paling ganteng sendiri, tapi kalo ada suamiku masih kalah ganteng sih sama suamiku. hehehhe piis Riu

Ciamis Manis, Aku ingin Kembali

Ternyata Ciamis itu Manis ya, aku baru tahu itu. Maklum teman, ini baru pertama kalinya kami ke Ciamis. Itupun aku tanpa sengaja baca pada sebuah monument di ujung pertigaan jalan ketika menuju penginapan. Tapi, tidak termasuk tehnya lho. Hehehe. Kalo di Ciamis namanya Teh pasti tawar, air teh. Kalau mau teh manis, harus bilang teh manis. Tepi beda kalo teteh mah di Ciamis manis-manis. Heuheuheu

Makanannyapun agak sedikit berbeda, ada sih beberapa yang sama. Seperti kalu di tempatku ada jajanan klanting yang biasa orang bilang cenil, ada othe-othe, cireng dsb. Tapi yang menjadi pembeda semua makanan disini pakai bungkus plastik, saya belum melihat ada bungkus daun pisanng. Mungkin ini sebagian masukan, bahwa bungkus makanan daun pisang lebih aman dan ramah lingkungan daripada plastik ataupun kertas

Karena tabiat narsis kami tidak terlaksana, esoknya pagi-pagi sekali kami jalan-jalan ke stasiun yang ternyata dekat dengan penginapan.

Kotanya asyik, bersih dan bebas polusi. Jauuuuuuuuuuhh banget dengan di Surabaya yang setiap hari bau knalpot kendaraan. Tapi parah, tetep narsisnya nggak ketulungan. Disetiap papan nama yang ada ciamisnya langsung pasang badan dan muka foto. heeeeeeeeemmm... Tapi, aku masih belum puas di Ciamis. Suatu saat aku pasti kembali[.]

2 komentar:

  1. mau dong teteh manis nya...

    BalasHapus
  2. akupun kangen ciamis kak indra.....
    by Arif Sholehudin DKR Ciamis 2007

    BalasHapus